A. PENGERTIAN
INFLASI
Inflasi (inflation) adalah suatu
kecenderungan meningkatnya tingkat harga umum secara terus menerus sepanjang
waktu. Dari definisi tersebut, ada 3 komponen yang harus dipenuhi agar dapat
dikatakan telah terjadi inflasi, yaitu :
1. Kenaikan
harga
2. Bersifat
umum
3. Berlangsung
terus-menerus
Secara sederhana inflasi
diartikan sebagai meingkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi
kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada
barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Indikator yang sering
digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK).
Perubahan IHK dari waktu kewaktu menunjukkan pergerakan dari harga paket barang
dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Jui 2005, paket barang dan jasa
dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) tahun
2007 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS aan
memonitor perkembangan hargadari barang dan jasa tersebut secara bulanan di
beberapa kota, dipasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis
barang/jasa disetiap kota.
Indikator inflasi lainnya
berdasarkan Internationa Best Practice antara
lain :
1. Indeks
Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga perdagangan besar dari suatu komoditas
ialah harga transkais yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan
pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas
suatu komoditas.
2. Deflator
Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir
(final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri).
Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB
atas dasar harga konstan.
Contoh
permasalahan inflasi yaitu seperti kenaikan BBM di indonesia. Sebagaimana yang
kita ketahui, saat ini bangsa kita sedang mengalami masalah naiknya harga bahan
bakar minyak. Ini dikarenakan permintaan masyarakat akan BBM yang membubung
tinggi sementara penyediaan barang mengalami kekurangan yang membuat harga
barang tersebut menjadi naik dan timbulnya inflasi. Kenaikan harga BBM
memperberat beban hidup masyarakat terutama mereka yang berada di kalangan
bawah dan juga para pengusaha, karena kenaikan bbm menyebabkan turunnya daya
beli masyarakat dan itu akan mengakibatkan tidak terserapnya semua hasil
produksi banyak perusahaan sehingga akan menurunkan tingkat penjualan yang pada
akhirnya juga akan menurunkan laba perusahaan.
Naiknya
harga BBM di indonesia diawali oleh naiknya harga minyak dunia. yang membuat
pemerintah tidak dapat menjual BBM kepada masayarakat dengan harga yang sama
dengan harga sebelumnya, karena hal itu dapat menyebabkan pengeluaran APBN
untuk subsidi minyak menjadi lebih tinggi. Maka pemerintah mengambil langkah
untuk menaikkan harga BBM.
Infasi tidak selamanya
menimbulkan kerugian seperti pengangguran, kenaikan harga, dan lainnya. Tetapi
inflasi juga dapat menguntungkan, seperti bagi para penabung inflasi dapat
meningkatkan suku bunga. Keuntungan
inflasi dapat juga di rasakan bagi suatu perusahaan yang memiliki stok
persediaan barang dari sebelum terjadinya inflasi. Bagi para pedagang, inflasi dijadikan sebagai
kesempatan untuk mempermainkan harga dengan cara menaikkan harga untuk memperoleh
keuntungan yang besar. Bagi para orang orang atau perusahaan yang mengadakan
spekulasi, mereka akan menimbun barang sebanyak banyaknya sebelum terjadinya
inflasi untuk menjualnya saat terjadinya inflasi. Kenaikan harga akan
menguntungkan mereka. Bagi para peminjam, terjadinya inflasi tidak mempengaruhi
jumlah pinjamannya jika peminjaman terjadi sebelum terjadinya inflasi. Meskipun
saat inflasi terjadi kenaikan harga. Contohnya para pengambil KPR BTN inflasi
akan mengakibatkan harga bahan bangunan menjadi naik. Namun jumlah kewajiban yg
harus dibayar kpada BTN tidak ikut dinaikkan.
B.
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI INVESTASI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
1.
Suku Bunga
Suku bunga merupakan faktor yang sangat
penting dalam menarik investasi karena sebagian besar investasi biasanya dibiayai
dari pinjaman bank. Jika suku bunga pinjaman turun maka akan mendorong investor
untuk meminjam modal dan dengan pinjaman modal tersebut maka ia akan melakukan
investasi.
2.
Pendapatan nasional per kapita untuk tingkat
negara (nasional) dan PDRB per kapita untuk tingkat propinsi dan Kabupaten atau
Kota
Pendapatan nasional per kapita dan PDRB
per kapita merupakan cermin dari daya beli masyarakat atau pasar. Makin tinggi
daya beli masyarakat suatu negara atau daerah (yang dicerminkan oleh pendapatan
nasional per kapita atau PDRB per kapita) maka akan makin menarik negara atau
daerah tersebut untuk berinvestasi.
3.
Birokrasi perijinan
Birokrasi perijinan merupakan faktor
yang sangat penting dalam mempengaruhi investasi karena birokrasi yang panjang
memperbesar biaya bagi investor. Birokrasi yang panjang akan memperbesar biaya
bagi pengusaha karena akan memperpanjang waktu berurusan dengan aparat. Padahal
bagi pengusaha, waktu adalah uang. Kemungkinan yang lain, birokrasi yang
panjang membuka peluang oknum aparat pemerintah untuk menarik suap dari para
pengusaha dalam rangka memperpendek birokrasi tersebut.
4.
Kualitas
sumberdaya manusia
Manusia yang berkualitas akhir-akhir
ini merupakan daya tarik investasi yang cukup penting. Sebabnya adalah
tekhnologi yang dipakai oleh para pengusaha makin lama makin modern. Tekhnologi
modern tersebut menuntut ketrampilan lebih dari tenaga kerja.
5.
Peraturan dan undang-undang ketenagakerjaan
Peraturan undang-undang ketenagakerjaan
ini antara lain menyangkut peraturan tentang pemutusan hubungan kerja (PHK),
Upah Minimum, kontrak kerja dan lain-lain.
6.
Stabilitas
politik dan keamanan
Stabilitas politik dan keamanan penting
bagi investor karena akan menjamin kelangsungan investasinya untuk jangka
panjang.
7.
Pengaruh Nilai tukar
Secara teoritis dampak perubahan
tingkat / nilai tukar dengan investasi bersifat uncertainty (tidak pasti).
Shikawa (1994), mengatakan pengaruh tingkat kurs yang berubah pada investasi
dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs tersebut akan berpengaruh
pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran domestik. Dalam jangka
pendek, penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi melalui
pengaruh negatifnya pada absorbsi domestik atau yang dikenal dengan expenditure
reducing effect. Karena penurunan tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil
aset masyarakat yang disebabkan kenaikan tingkat harga-harga secara umum dan
selanjutnya akan menurunkan permintaan domestik masyarakat. Gejala diatas pada
tingkat perusahaan akan direspon dengan penurunan pada pengeluaran / alokasi
modal pada investasi.
Pada sisi penawaran, pengaruh aspek
pengalihan pengeluaran (expenditure switching) akan perubahan tingkat kurs pada
investasi relatif tidak menentu. Penurunan nilai tukar mata uang domestik akan
menaikkan produk-produk impor yang diukur dengan mata uang domestik dan dengan
demikian akan meningkatkan harga barang-barang yang diperdagangkan /
barang-barang ekspor (traded goods) relatif terhadap barang-barang yang tidak
diperdagangkan (non traded goods), sehingga didapatkan kenyataan nilai tukar
mata uang domestik akan mendorong ekspansi investasi pada barang-barang
perdagangan tersebut.
8.
Tingkat
Inflasi
Tingkat inflasi berpengaruh negatif
pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi
akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang
inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta
menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif. Disamping itu
menurut Greene dan Pillanueva (1991), tingkat inflasi yang tinggi sering
dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu
ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan ekonomi makro.
Sumber :
http://id.m.wikipeda.org/wiki/inflasi